23 Hal Tentang Huruf Kapital yang Perlu Kamu Ketahui

Cimahi, Penulispro.id | Menjadi penulis yang hebat tentu tidak terbentuk dalam kurun waktu semalam saja. Penulis yang hebat selalu belajar dan berkembang. Ia selalu ingin memahami bahasa dan bagaimana bahasa dijadikan rangkaian fisik yang bisa dinikmati banyak orang.

Penulis seperti itu tahu betul cara menghiasi gagasan di dalam pikirannya menjadi tulisan menarik. Ia tahu kapan ia bisa menuangkan kata-kata yang menggairahkan semangat ataupun yang bisa membuat seseorang terkesima sebelum berpikir lebih dalam.

Tentu saja, untuk menyampaikan suatu ide ke dalam tulisan, ada aturan-aturan kepenulisan dalam bahasa si penulis agar banyak pembaca juga mengerti apa yang ia sampaikan. Aturan-aturan tulisan membedakan keadaan yang baku dan tidak baku. Penulis yang hebat bisa membedakan kapan ia harus patuh pada aturan-aturan  ini dan kapan ia mampu mengekspresikan dirinya lebih jauh tanpa kekangan norma baku yang dijabarkan kepadanya.

Tulisan yang mengikuti aturan adalah tulisan yang baku. Ada tulisan baku dan tidak baku? Ada, pilihan di antara kedua hal ini tergantung pada tujuan penulis. Ada perbedaan yang terlihat antara tulisan berita di koran, buku anak, dan surat pribadi untuk teman. Keterbakuan di antara ketiganya diperhatikan dengan melihat tujuan tulisan: formal, semi-formal, atau non-formal.

Tulisan berita koran mengikuti aturan baku karena harus bisa dibaca dan dimengerti banyak orang. Hal itu membuat tulisan yang disampaikannya bersifat formal dengan aturan tulisan yang ada.

Kemudian, ada buku anak. Tulisan buku anak bersifat semi-formal karena ia harus mengikuti aturan yang baku, tetapi gaya bahasa yang digunakannya lebih santai.

Sedangkan untuk surat pribadi, tulisannya ditulis untuk teman. Jadi tulisannya bisa non-formal dan aturan tulisan bisa saja diabaikan begitu saja  – dan itu tidak apa-apa, loh!

Aturan-aturan tulisan diatur oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Aturan-aturan yang ada dikemas dalam ejaan yang disempurnakan V (EYD V). Aturan atau kaidah dalam EYD V mengatur tulisan bahasa Indonesia yang baku dan formal.

Salah satu aturan tulisan dari sekian aturan yang ada adalah cara menulis huruf kapital. Huruf kapital sudah pasti pernah digunakan oleh semua penulis. Tulisan baku tidak bisa lepas dari aturan ini dan sudah pasti digunakan dalam tulisan. Tulisan di koran, majalah, buku nonfiksi, buku fiksi, surat tugas, dan tulisan baku lainnya, tidak bisa mengabaikan huruf kapital.

 

Berikut ini 23 ketentuan yang perlu kamu ketahui tentang penulisan huruf kapital.

1. Awal Kalimat

Setiap huruf pertama pada awal kalimat selalu dikapitalkan. Misalnya:

  • Ani sedang pergi.
  • Ikatan tali pada truk itu sangat kuat.

 

2. Nama Orang dan Julukan

Huruf awal nama orang dan julukan ditulis secara kapital. Misalnya:

  • Jaket itu milik Nanda.
  • Beliau memiliki julukan Ayam Jago.
  • Nama lengkapnya cukup panjang, Salwaninda Hasna Citramentarisukma, Tetapi ia biasa dipanggil Sal.

 

3. Tidak Ada Kapitalisasi Nama Jenis atau Satuan Ukuran dari Nama Orang

Nama jenis atau nama satuan biasanya diambil dari nama belakang peneliti. Tetapi nama peneliti ini sudah tidak bisa dilihat sebagai nama orang, melainkan sebagai nama jenis atau nama satuan. Misalnya:

  • Daya lampu di kamar tidur adalah lima watt.
  • Mesin wankel diciptakan oleh Felix Wankel.

 

4. Nama Orang pada Nama Teori, Hukum, dan Rumus

Nama teori, hukum, dan rumus dilihat sebagai penyebutan nama orang. Misalnya:

  • Konsep evolusi manusia dijelaskan dalam teori Darwin.
  • Rumus Phytagoras mengajarkan kita cara menghitung berbagai macam luas bentuk segitiga.

 

5. Tidak Ada Kapitalisasi Jika Sisipan Kata Mewakili “anak dari”, Kecuali sebagai Awal Nama untuk Kata Tugas “dari”

Sisipan kata “anak dari” dapat kita temukan dalam nama-nama orang yang menyisipkan kata “bin”, “boru”, “van”, “de”, dan sisipan lainnya. Namun, ada situasi ketika kata sisipan ini ditulis dengan huruf awal kapital jika bisa menjadi awal nama. Misalnya:

  • Abdullah bin Abu Quhafah lebih dikenal sebagai Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah Saw.
  • Cetakan gol terbanyak dilakukan oleh Van Basten.

 

6. Kata Awal Petikan Langsung

Kata awal dalam petikan langsung diberi kapital pada huruf pertamanya. Misalnya:

  • Ibu berkata,Jangan buang sampah sembarangan.”
  • Kamu tidak tahu kalau dia sudah pergi,” jawabnya.

 

7. Nama Agama, Kitab Suci, dan Tuhan (Termasuk Sebutan Tuhan, Kata Ganti Tuhan, dan Singkatan Nama Tuhan)

Nama agama, kitab suci, dan tuhan menggunakan huruf kapital. Misalnya:

  • Ia sudah berpindah agama dari agama Hindu menjadi Islam.
  • Kita hanya bisa berserah diri sekarang pada apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Adil.

 

8. Nama Orang dengan Nama Gelar Kehormatan, Kebangsawanan, Keturunan, Keagamaan, atau Akademik yang Diikuti Nama Orang dan/atau Gelar Akademik

Nama gelar kehormatan, kebangsawanan, keturunan, keagamanan, atau akademik yang diikuti dengan nama orang dan/atau gelar akademik memiliki kapitalisasi. Misalnya:

  • Sekolah untuk perempuan, visi Raden Ayu Kartini.
  • Seminar akan dibuka oleh Hasanudin, Magister Humaniora.

 

9. Nama Gelar Kehormatan, Keturunan, Keagamaan, Profesi, Jabatan dan Kepangkatan Tanpa Nama Orang yang Digunakan (sebagai Sapaan)

Meskipun tanpa nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, jabatan, dan kepangkatan tetap ditulis dengan kapital sebagai sapaan. Misalnya:

  • Terima kasih, Kiai.
  • Selamat pagi, Dokter.
  • Silakan, Raden.

 

10. Nama Jabatan dan Pangkat yang Diikuti Nama Orang maupun Nama untuk Pengganti Nama Orang, Nama Instansi, atau Nama Tempat

Huruf kapital dipakai ketika nama jabatan dan pangkat diikuti nama orang. Selain nama orang, kapitalisasi juga dapat digunakan dengan nama pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:

  • Jam 10 nanti, Presiden Joko Widodo akan menyatakan pidato.
  • Laporan ini diberikan oleh Gubernur Jawa Barat.
  • Sang Proklamator Republik Indonesia pernah tinggal di rumah ini.

 

11. Nama Bangsa, Suku, Bahasa, dan Aksara

Nama yang menyatakan nama suatu bangsa, suku, bahasa dan aksara ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

  • Ada berbagai macam etnis dalam bangsa Indonesia.
  • Tono bisa berbicara tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, dan Spanyol.
  • Tulisan di dinding itu menggunakan aksara Sunda.

 

12. Tidak Ada Kapitalisasi Nama Bangsa, Suku, Bahasa, dan Aksara sebagai Kata Turunan

Ada pengecualian dalam penulisan kapital yang berhubungan dengan nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara. Pengecualian ini terjadi jika kata dari unsur-unsur tersebut dipakai sebagai kata turunan. Kata turunan ditandai dengan tambahan imbuhan, yaitu imbuhan ke-R-an, pe-, me-, dan hal serupa lainnya yang dapat disatukan dengan nama bangsa, suku, bahasa, ataupun aksara. Misalnya:

  • Caranya Santi berbicara itu keinggris-inggrisan.
  • Kemarin Badan Bahasa sedang membahas pengindonesiaan bahasa asing dari bahasa Inggris.

 

13. Nama Tahun, Bulan, Hari, dan Hari Besar/Hari Raya

Huruf kapital digunakan pada huruf awal dalam nama tahun, bulan, hari, dan hari besar/hari raya. Misalnya:

  • Bulan Agustus nanti ada ulang tahun Ibu Melia.
  • Setiap tanggal 25 Desember, umat Kristen merayakan hari Natal.

 

14. Nama Peristiwa Sejarah

Nama peristiwa sejarah diberi kapitalisasi. Misalnya:

  • Sebelum Perang Dunia II, Perang Dunia I pernah disebut sebagai Perang Besar.
  • Perang Padri adalah perang yang terjadi dari tahun 1803 sampai 1837 di Sumatera Barat, Indonesia antara kaum Padri dan Adat.

 

15. Tidak Ada Kapitalisasi Jika Peristiwa Sejarah Tidak Menggunakan Nama

Peristiwa sejarah yang tidak menggunakan nama tidak dikapitalisasi. Misalnya:

  • Salah satu pemicu perang tersebut adalah masalah wilayah.
  • Setiap tahun, sekolah memperingati proklamasi kemerdekaan dengan upacara.

 

16. Unsur Geografi dengan Nama Diri

Unsur geografi dan nama diri ditulis dengan kapitalisasi. Misalnya:

  • Haris, Sandi, dan Ngurah pergi ke Gunung Semeru.
  • Kantornya berada di Lantai Tiga, Gedung Smesco.

 

17. Tidak ada Kapitalisasi Unsur Geografi tanpa Nama Diri

Jika nama dari unsur geografi tidak ada namanya, kapitalisasi tidak ada. Misalnya:

  • Dimas sudah sampai di puncak gunung.
  • Air danau sangat bersih.

 

18. Tidak Ada Kapitalisasi Jika Unsur Geografi Dipakai sebagai Nama Jenis

Nama jenis, seperti kunci, buah atau tanaman, tidak perlu dikapitalisasi meskipun ada unsur geografi-nya. Misalnya:

  • Ia membeli jeruk bali. [Citrus maxima]
  • Harga petai cina (Leucaena glauca) sedang melambung karena sedang tren.
  • Ia memberiku kunci inggris, kunci ring, dan kunci kombinasi.

 

19. Kata Benda yang Dilengkapi Unsur Geografi

Apabila suatu benda dilengkapi unsur geografi sebagai spesifikasi daerah, unsur geografi diberi kapital pada awal huruf. Misalnya:

  • Ani membawa segepok batik Cirebon.
  • Kami menonton tari Bali.

 

20. Nama Negara, Lembaga, Badan, Organisasi, atau Dokumen, kecuali Bagian Kata Tugas

Kapitalisasi digunakan pada nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen. Tetapi jika ada kata tugas dalam frasa, nama ditulis huruf kecil. Misalnya:

  • Kita dapat membaca Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia secara daring.
  • Negara tetangga Indonesia bagian selatan adalah Australia.

 

21. Nama Judul Buku, Karangan, Artikel, dan Makalah, serta Media Massa, kecuali Bagian Nama Tugas

Kapitalisasi berlaku pada judul buku, karangan, artikel, makalah, atau media massa. Kemudian, untuk penulisan judul, penulisan bisa menggunakan tulisan yang dimiringkan atau dengan tanda kutip dua. Misalnya:

  • Guntur sedang membaca Novel “Bumi”.
  • Novel Bumi ditulis oleh Tere Liye.

 

22. Singkatan Nama Gelar dan Nama Pangkat

Singkatan pada nama gelar dan nama pangkat perlu dikapitalisasi. Misalnya:

  • Pengajar kelas biologi dibawakan oleh Dosen Andreas Sihombing, M.Si. [magister sains]
  • Hj. Salma hari ini hadir di acara tahunan kita. [hajah]

 

23. Kata Sapaan Langsung Hubungan Kekerabatan

Kata sapaan hubungan kekerabatan yang dinyatakan sebagai sapaan  harus dikapitalisasi. Dalam bentuk tulisan, sapaan ini ditulis dalam kutipan langsung. Hubungan kekerabatan yang dimaksud, seperti Pak, Bu, Mbak, Kak, Dik, Nona, Abang, Koh, Teman-Teman, Saudara, dan sebagainya. Misalnya:

  • “Mau ke mana, Pak?” tanya Guntur.
  • Teman-Teman, ikut aku!” teriakku.

 

Begitulah aturan atau kaidah penulisan huruf kapital yang tercatat dalam EYD V. Kebakuan ini dijadikan sebagai pedoman menulis bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan huruf kapital mampu membantu kita lebih memahami perilaku tulisan dan makna yang ingin disampaikan penulis. Bagian ini merupakan satu dari sekian kaidah penulisan lainnya yang dapat kita pelajari, seperti tanda titik, penomoran, tanda hubung, dan sebagainya.

 

 

Tinggalkan komentar

Chat dengan CS
Salam untuk pengunjung website PENPRIN,
Kalau ada yang ingin ditanyakan langsung, silahkan chat via WhatsApp