Cimahi, PenulisPro.id | Sudah pernah menggunakan Chat-GPT untuk menulis? Mungkin Anda iseng saja membuat kalimat pemantik (prompt) dan mendapati ia (Chat-GPT) sungguh cerdas. Mungkin ia sudah mengalahkan kedigdayaan tokoh Kakek Segala Tahu di cerita Wiro Sableng.
Pucuk dicita, ulam pun tiba. Begitulah kisah saya sebagai mahasiswa pascasarjana yang begitu telat karena jelas saya dari Gen X yang lahir tahun 1970-an. Namun, saya masih menjadi mahasiswa pada masa kini ketika teknologi digital dan internet begitu berjaya. Kehadiran Chat-GPT menarik untuk dicoba.
Alkisah saat ini saya tengah menuntaskan tesis agar dapat lulus di Prodi Komunikasi Korporat, Universitas Paramadina. Hampir tiga hari dua malam saya berkutat menyelesaikan Bab IV dan Bab V yang tersisa. Saya mengusung penelitian tentang publisitas buku korporat sebagai instrumen kehumasan yang andal.
Saya sadari betul bahwa penelitian ini memang berisiko tidak menyediakan penelitian terdahulu sebab minimnya penelitian tentang buku korporat/buku organisasi sebagai instrumen PR. Bahkan, mungkin belum ada.
Setelah mengobok-obok portal Garuda, Research Gate, Mendeley, Academiaedu, Google Scholar, JSTOR, dan sebagainya, apa yang saya khawatirkan pun terjadi. Hampir tak ada karya tulis ilmiah yang spesifik membahas tentang praktik penulisan dan penerbitan buku korporat. Hanya ada 1–2 artikel yang membahas tentang corporate history.
Di penghujung mengerjakan tesis, saya menemukan buku bertajuk Corporate Books als PR-Instrument im Kontext von Corporate Publishing: Theoretische Erhebungen, empirische Analysen und ein praxisbezogener Leitfaden karya Sandra Kastenhuber. Anda sudah tahu dari bahasanya, ini buku berbahasa Jerman tanpa ada versi Inggrisnya.
Di Amazon buku ini dijual dengan harga $104. Saya coba mencarinya di Google Play Book kalau-kalau tersedia dalam versi elektronik, tetapi tidak ada. Harganya sungguh aduhai dan yang membuat saya tidak dapat menjadikannya rujukan perihal bahasa Jerman yang digunakan. Alhasil, buku ini saya singgung sedikit di latar belakang Bab I.
Nah, inilah kisah saya dengan Chat-GPT. Pertemuan perdana kami sungguh akrab dan mesra. Pertama-tama saya bertanya soal yang ringan-ringan, termasuk meminta ia membuatkan puisi anak dengan gaya dari Sapardi Djoko Damono. Puisi pun jadi, luar biasa. Lalu, mulai saya berniat menanyakan tentang tesis saya, meminta ia menelusuri berbagai sumber tentang buku korporat.
Ingat, gaes saya tidak meminta ia membuatkan draf tesis. Loh, saya ini penulis, apa kata dunia kalau tesis dibuatkan AI.
Wah, rupa-rupanya si Chat-GPT benar-benar canggih. Saya tersenyum lebar dan terkesima. Kami pun berdialog lebih dalam. Saya meminta ia menjelaskan isi satu artikel ilmiah. Sangat meyakinkan. Artikel tentang buku korporat itu mengungkap hasil penelitian terhadap 14 buku korporat. Satu lagi penelitian dari Slowakia, juga sangat menarik.
Seperti kawan yang sudah kenal akrab, akhirnya saya meminta Bung Chat-GPT menunjukkan di mana saya dapat mengakses artikel itu. Awalnya, ia berkelit untuk memberi tahu. Tapi, dengan sedikit “kalimat rayuan” muncullah data jurnal yang memublikasikannya. Saya pun melacaknya, ternyata tidak ada.
Bung Chat-GPT pun meminta maaf bahwa ia khilaf. Lalu, disebutkan kembali data jurnal yang memublikasikannya. Lagi-lagi saya tak menemukan. Dan lagi-lagi si Bung meminta maaf.
Waduh, bagaimana ini? Masa saya mengutip hasil penelitian dalam jurnal yang antah berantah. Saya pun jadi suuzan. Jangan-jangan Bung Chat-GPT nge-prank saya yang daif ini.
Mengingat soal kalimat pemantik (prompt), saya pun menggunakan berbagai variasi pertanyaan. Dari sekian artikel jurnal ilmiah yang disajikan si Bung, satu pun tidak ada yang dapat ditelusuri publikasi aslinya. Saya jadi kasihan sama Bung Chat-GPT karena ia tampak kebingungan dan berkali-kali meminta maaf. Mungkin ia tidak enak hati, apalagi saya begitu sopan bertanya dan sok akrab dengannya.
Di ujung lelah dan frustrasi, saya coba memantik dengan pertanyaan penelitian tentang buku korporat di Indonesia. Si Bung lagi-lagi memberi harapan. Akan tetapi, dia ternyata nge-prank lagi. Setelah menunjukkan beberapa judul penelitian, di paragraf paling bawah ia menuliskan bahwa yang disampaikannya itu adalah contoh-contoh topik publisitas buku korporat yang dapat dijadikan topik penelitian.
Hah! Sontoloyo! 😁
Segera saya insaf karena berlama-lama dengan Bung Chat-GPT saya boleh jadi makin teruk. Bung Chat-GPT mungkin masih tertatih. Boleh jadi malah saya yang kurang canggih hingga tidak tahu ada teman-teman Bung Chat-GPT lain yang lebih hebat.
Saya pun hanya dapat termangu. Tesis sudah terkirim ke dosen pembimbing. Hal mengganjal yang menjadi pertanyaan bagaimana saya menuliskan rujukan Chat-GPT di daftar rujukan/daftar pustaka? Untunglah saya tidak merujuknya.
Tapi, APA style ternyata sudah memberi tahu cara merujuk OpenAI ini. Begini caranya menurut APA Style edisi ketujuh:
OpenAI. (2022). ChatGPT (Version 3) [AI text generation tool]. https://chat.openai.com/