Beginilah Rasanya Lulus Sidang Tesis

Cimahi, PenulisPro.id | Rabu pagi, 27 Juni 2023, saya sudah terjadwal mengikuti sidang tesis S-2 di Prodi Komunikasi Korporat, Universitas Paramadina. Hampir menginjak usia 51 tahun, saya baru tergerak mengambil studi S-2. Mungkin nanti dapat predikat mahasiswa tertua, he-he-he.

Ruang dingin di Gedung C menjadi hangat dengan kehadiran dua penguji, Bu Rini Sudarmanti dan Bu Dwi Purbaningrum. Ada sedikit rasa deg-degan juga karena sangat jauh rentang saya mengikuti sidang S-1 di Unpad ke S-2. Di kampus tempat saya mengajar sebelumnya di Polimedia, beberapa kali saya turut menguji mahasiswa D-3 untuk tugas akhir mereka. Saya termasuk dosen penguji yang bertanya agak galak.

Di Ruang Pasai, Gedung C, Paramadina ini saya memulai obrolan dengan kedua dosen penguji. Baru kemudian hadir dosen pembimbing saya, Mas Putut Widjanarko.

Oh ya, tesis saya bertajuk “Publisitas Buku Korporat sebagai Instrumen Kehumasan yang Andal: Studi Kasus Buku Elevated Civilization to The Next Level: Transformasi Bisnis ASDP oleh PT ASDP Indonesia Ferry”. Judul mahapanjang ini salah satu yang harus saya revisi maksimal 15 kata. Karena itu, saya ubah menjadi “Publisitas Buku Korporat sebagai Instrumen Kehumasan: Studi Kasus Buku Elevated Civilization to The Next Level”. Ternyata, pas 15 kata.

Sidang dibuka dengan pemaparan prosedur sidang oleh Ketua Penguji, Ibu Rini Sudarmanti. Beruntungnya saya pengujinya langsung Ketua Prodi Komunikasi Korporat ini.

Sidang pun berlanjut dengan paparan saya antara 10–15 menit. Namun, saya dapat menyelesaikannya kurang dari 15 menit. Tidak ada persiapan khusus bagi saya karena persiapan panjang sudah dimulai sejak menulis tesis setebal 160 halaman lebih. Begitu banyak teori yang berkelindan di kepala. Saya menggunakan teori utama komunikasi korporat, PR writing, pembingkaian (framing), dan komunikasi naratif.

Di tengah presentasi, tiba-tiba muncul di ruangan, Pak Rektor, Didik J. Rachbini. Wah, ini sejarah betul, sidang saya dihadiri langsung oleh Rektor Paramadina. Kami sempat mengabadikan momen bersejarah itu dengan berfoto bersama.

Lalu, dimulailah tinjauan dan pertanyaan dari Bu Dwi Purbaningrum. Saya mendapatkan banyak masukan tentang teori kehumasan dan perlunya saya mengungkap secara detail bagaimana sebuah buku korporat ditulis. Saya juga harus mengungkap kesenjangan (gap) terkait dengan banyaknya praktisi humas yang kurang mampu menulis, terutama menulis buku.

Bu Rini menyatakan tesis saya sudah enak dibaca dan ia menikmatinya. Beliau mengingatkan untuk mengikuti pedoman tesis yang sudah dibuat meskipun secara tulisan, tesis saya sudah sangat rapi. Uhuy!

Sempat mencuat pertanyaan apa bedanya ‘prakata’ dan ‘kata pengantar’ oleh Bu Dwi karena saya menggunakan istilah ‘prakata’ dalam tesis. Saya jelaskan perbedaan itu, tetapi di pedoman Paramadina memang seharusnya tercantum ‘kata pengantar’. Tentulah tesis saya bukan hendak mempertahankan dua terminologi berbeda itu maka saya puna akan ‘manut’ untuk menyesuaikan dengan pedoman Paramadina.

Di tesis saya sudah menerapkan sitasi dengan APA 7, tetapi Paramadina masih menggunakan APA 6. Hal ini pun bukan menjadi kendala untuk menyesuaikan.

Bu Rini kemudian mengingatkan tentang subbab Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah. Dalam penelitian kualitatif yang saya gunakan seharusnya Rumusan Masalah dulu baru kemudian Identifikasi Masalah. Saya baru ingat bahwa metode kualitatif selalu menggunakan penulisan induktif. Bu Rini menambahkan bahwa pada Tinjauan Pustaka saya telah mengungkap beberapa teori, tetapi teori itu kurang digunakan sebagai pisau analisis. Benar, juga.

Bu Dwi juga memberi masukan yang saya kira penting dan terlewat oleh saya. Tujuan penelitian untuk tesis bukan lagi ‘memahami’ seperti skripsi, tetapi sudah ‘menganalisis’. Ya, ini level kognitif C-4 dalam Taksonomi Bloom (revisi). Bu Dwi ingin saya mengungkap lebih detail dan mendalam soal penulisan buku. Nah, saya sempat mengatakan saya berusaha menahan diri untuk mengungkap terlalu dalam. Namun, di dalam tesis ini beliau berharap saya lebih banyak mengungkapkannya agar menjadi sumbangan bagi keilmuan komunikasi, khususnya PR writing. Baiklah, ini masukan yang sangat berharga.

Kebaruan (novelty) dalam tesis saya memang kuat. Jarang, bahkan hampir tidak ada penelitian soal buku korporat sebagai instrumen kehumasan, khususnya dalam konteks Indonesia. Buku termasuk kategori media massa yang memiliki banyak keunggulan. Namun, kurang dilirik dalam penelitian, padahal ia banyak digunakan sebagai publisitas yang andal dan prestisius.

Di akhir sidang saya mengoborol dengan dosen pembimbing, Mas Putut. Beliau memberi saran yang berharga juga soal simpulan dan saran. Bagaimana agar saya dapat membahas hal-hal generik yang sebenarnya tidak berfokus saja pada buku dari PT ASDP, tetapi diluaskan bahwa apa yang terjadi dalam penerbitan buku di ASDP dapat pula terjadi di perusahaan lain. Ini menjadi kunci ketika sebuah tesis dikonversi menjadi buku.

Akhir sidang, saya menunggu sekira lima menit. Alhamdulillah, hasilnya nilai sempurna A. Namun, saya harus memperbaiki tesis dalam waktu sebulan. Wisuda dilaksanakan Oktober 2023.

Tesis ini jelas akan saya bukukan sebagai sumbangsih untuk khazanah keilmuan PR writing dan komunikasi korporat secara umum. Semoga dapat terbit tahun ini juga.

Saya sudah meniatkan untuk langsung mendaftar S-3. Sudah terbayang penelitian disertasi saya terkait dengan ekonomi politik komunikasi tentang kebijakan pemerintah menerbitkan buku teks utama. Objek kajian saya adalah Pusat Perbukuan, tempat di mana kini saya banyak berkhidmat sebagai Anggota Komite Penilaian Buku Teks.

Semangat!

Tinggalkan komentar

Chat dengan CS
Salam untuk pengunjung website PENPRIN,
Kalau ada yang ingin ditanyakan langsung, silahkan chat via WhatsApp