Cimahi, PenulisPro.id | Siang 27 Juni 2023 di Kampus Paramadina, saya pun mendapatkan keputusan hasil sidang tesis yang disampaikan Ibu Rini Sudarmanti sebagai ketua penguji. Di ruang kecil itu ada Ibu Dwi Purbaningrum sebagai penguji 2 dan Mas Putut Widjanarko sebagai dosen pembimbing tesis. Hasilnya nilai sempurna A untuk tesis saya.
Sebelum tesis itu disidangkan sebenarnya saya sudah merencanakannya menjadi buku. Artinya, tesis akan dikonversi sebagai sebuah buku, entah itu monografi atau buku ilmiah populer. Namun, saya tidak buru-buru memikirkan lebih jauh karena tesis ini harus disusun secara taat asas sebagai tesis, bukan sebagai buku. Setelah sidang usai, kelegaan menjadi sebuah pendorong bahwa saya harus mendiseminasi karya tulis ilmiah ini.
Seperti penjelasan William Germano dalam bukunya From Dissertation to Book bahwa saya akan berhadapan lagi dengan kerja merevisi, terutama menulis ulang. Banyak yang salah kaprah tentang hal ini bahwa mengonversi karya kesarjanaan cukuplah dengan mengganti kover dan membuatnya menjadi berformat buku lengkap dengan anatominya. Karena hal ini pula kemudian muncul penolakan dari Perpusnas karena karya itu bukanlah buku yang dimaksud.
Ketika sidang usai dan tesis dinyatakan lulus, momentum ini adalah sebuah kebebasan baru bagi para sarjana, terutama mereka yang menempuh pendidikan pascasarjana. Saya akan melepaskan diri dari roh sebuah tesis yang baku serta “kesempitan” pembahasan di dalam tesis. Apalagi seperti saya yang menggunakan studi kasus tunggal maka terlihat tesis itu terlalu terbatas (captive) dan ceruk (niche) sebagai bahan bacaan.

Merevisi Tesis
Saya memilih topik tentang publisitas buku korporat dalam kerangka subbidang public relations, lebih khusus lagi public relations writing. Studi kasus tunggal yang saya pilih adalah buku korporat dari PT ASDP (Persero) yang bergerak dalam bidang angkutan perairan. Ini adalah kali pertama ASDP menerbitkan buku dalam rangka peringatan 50 tahun ASDP (2023) dan mendokumentasikan aksi korporasi selama satu dekade.
Pada saat gagasan penelitian ini muncul, dalam benak saya hanya satu bahwa penulisan dan penerbitan buku organisasi/buku korporat perlu diangkat karena minimnya penelitian dan pembahasan tentang hal ini. Salah satu buku yang pernah terbit adalah buku Corporate Books als PR-Instrument im Kontext von Corporate Publishing: Theoretische Erhebungen, empirische Analysen und ein praxisbezogener Leitfaden (Buku Korporat sebagai Instrumen PR dalam Konteks Penerbitan Perusahaan: Survei Teoretis, Analisis Empiris, dan Panduan Praktis). Karya penelitian berbahasa Jerman tersebut ditulis oleh Sandra Kastenhuber (2010), seorang pendiri dan pemimpin agensi PR, dan diterbitkan VDM Verlag Dr. Müller.
Corporate books yang dibahas secara khusus oleh Kastenhuber berhubungan dengan istilah corporate publishing (CP). Hal ini sebagaimana reviu dari Redaksi Horizont (2010) merupakan bidang yang relatif baru sehingga dapat memberikan perspektif kepada para praktisi PR, terutama pengetahuan praktis tentang bagaimana konsep dan penerbitan buku korporat dapat berpengaruh bagi publik pembaca.
Buku pertama yang menjadi incaran saya untuk diteliti adalah buku Astra bertajuk Astra: On Becoming Pride of Nation yang ditulis oleh Yakub Liman dan diterbitkan oleh Gramedia. Namun, saya tidak mendapatkan kontak penulis sehingga saya urungkan meneliti buku dari korporat besar ini.
Kemudian, setelah menelusuri informasi di internet, saya pun mencoba menghubungi PT Gag Nikel yang baru saja meluncurkan buku korporat (2022). Namun, tidak ada respons dari surel dan WA corporate secretary yang saya hubungi. Sampai kemudian saya menerima informasi dari Mas Zaim Uchrowi tentang publisitas buku oleh PT ASDP. Buku bertajuk Elevated Civilization to The Next Level: Transformasi Bisnis ASDP yang ditulis oleh Yeyen Rostiyani, dkk. itu pun menjadi objek penelitian saya.
Objek penelitian sebagai studi kasus tunggal tentang buku korporat ini memang terlalu ceruk. Namun, sebenarnya penelitian saya berlaku untuk semua korporat yang merencanakan penerbitan buku sebagai aktivitas publisitas. Kerja semacam ini sudah pasti menjadi tugas praktisi PR di korporat yang secara umum menggunakan istilah corporate communication atau corporate secretary.
Maka dari itu, apa pun buku korporatnya, penelitian saya menggunakan teori yang sama dan pisau analisis yang sama. Lebih khusus saya meneliti tahapan publisitas buku, pembingkaian (framing) di dalam buku, dan penggunaan gaya pengisahan (storytelling) di dalam buku.
Di benak saya ketika tesis ini menjadi buku adalah satu, yakni mengubahnya agar relevan untuk semua korporat. Karena itu, kelak di dalam buku saya juga akan membandingkan buku ASDP dengan buku lain, seperti buku Astra, buku Bluebird, dan buku PLN. Jadi, membandingkan antara perusahaan swasta dan BUMN dalam publisitas.
Menyadur sebagai Buku Ilmiah Populer
Konversi KTI nonbuku seperti tesis ke dalam buku disebut dengan istilah konversi. Namun, bahasa Indonesia juga menawarkan istilah lain, yakni ‘menyadur’. Jadi, saduran dalam KTI adalah mengubah bentuk KTI ke dalam bentuk lain. Lalu, apakah ini tidak termasuk swaplagiat atau self-plagiarism?
Tentu saja tidak, terutama dalam kasus mengubah tesis/disertasi menjadi buku. Pengertian swaplagiat itu ketika seseorang memublikasikan KTI dalam format yang sama atau hampir mirip lalu menerbitkannya di dua atau lebih penerbit berbeda. Swaplagiat juga terkait kejujuran, yakni ketika seorang penulis tidak menyebutkan bahwa karyanya merupakan hasil konversi. Jadi, ada beberapa dimensi dari spektrum swaplagiat—tidak termasuk konversi skripsi/tesis/disertasi menjadi buku.
Saya merencanakan tesis disadur menjadi buku ilmiah populer, bukan monografi. Pertimbangannya agar buku dapat diakses sebanyak mungkin orang, baik bagi mahasiswa, akademisi, maupun praktisi. Pembaca sasaran buku saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi, akademisi yang mengajarkan kehumasan/PR, dan praktisi PR di korporat/organisasi yang hendak merencanakan penulisan dan penerbitan buku.
Saya juga akan menguraikan jenis-jenis buku korporat secara lebih detail. Di dalam tesis hal ini tidak dijelaskan satu per satu.

Mengonversi atau menyadur tesis menjadi sebuah buku relevan dilakukan terhadap penelitian-penelitian yang mengandung novelty (kebaruan) agar informasi dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya dapat diakses sebanyak mungkin orang. Itulah hakikat dari diseminasi.
Kembali mengutip William Germano (2013), ia menyebut disertasi (atau tesis) adalah buku yang belum siap/jadi. Dalam praktiknya banyak hal yang menghambat disertasi itu menjadi buku. Namun, beberapa disertasi berpotensi menjadi buku yang sangat bagus.
Hambatan yang ditengarai Germano biasanya terkait dengan kemenarikan dan kebaruan penelitian. Ibaratnya bibitnya sudah kurang baik untuk dibukukan maka akan menjadi hambatan serius. Namun, tentu banyak juga penelitian yang merupakan bibit unggul untuk dibukukan.
Baiklah pembaca yang budiman, kali lain saya akan membahas bagaimana teknik konversi KTI nonbuku menjadi buku. Mungkin bahkan saya akan menulis buku tentang hal itu secara praktis. Semoga buku saya dapat terbit pada tahun 2023 ini. Salam insaf!