Cimahi, Penulispro.id | Saat mereviu KTI karya mahasiswa dan dosen, saya menemukan kelemahan, bahkan kesalahan dalam menggunakan dan menulis kutipan (sitasi). Kelemahan pertama soal konsistensi menggunakan sitasi. Kedua, soal ketidakjelasan pengutipan sitas antara mana awal dan akhir sitasi. Ketiga, soal kekeliruan dalam membahasakan ulang (parafrasa) dan ringkasan sitasi.
Sebagai info saja, kata sitasi telah muncul di dalam KBBI Daring VI. Ia merupakan kata benda yang berarti kutipan. Makna kedua adalah referensi dalam sebuah karya ilmiah ke tulisan lain yang diambil dari buku, makalah, atau sumber lain.
Soal ketepatan menyitasi dan menggunakan sumber sitasi itu menjadi sangat penting karena beberapa hal berikut ini.
- Sitasi yang tepat menghindarkan penulis dari plagiarisme tak disengaja. Beberapa KTI ditolak karena kelemahan dalam sitasi yang cenderung masu kategori plagiat.
- Sitasi yang taktis dalam menggunakan parafrasa dan ringkasan akan meminimalkan persentase kemiripan (similarity) di dalam KTI sehingga memenuhi syarat pemuatan KTI.
- Sitasi yang tepat menunjukkan kompetensi penulisnya dalam menggunakan sumber-sumber, baik sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier.
- Sitasi yang tepat dan konsisten menunjukkan penulisnya taat asas pada gaya selingkung yang ditetapkan.
- Sitasi yang tepat dalam pencantuman atribusi sumber menunjukkan penghormatan penulis terhadap kode etik penulisan karya tulis ilmiah.
Penulis KTI, termasuk juga editor yang membantu penulis memerlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan dan menulis sitasi. Hanya pengetahuan dan keterampilan itu kurang mendapat porsi perhatian dalam pembelajaran di kampus-kampus. Karena itu, wajar jika di dalam publikasi KTI, saya juga masih menemukan kelemahan dan kesalahan sitasi.
Di kampus, tampaknya dosen banyak yang menganggap bahwa para mahasiswa itu sudah paham soal sitasi. Mungkin juga karena para dosen itu menganggapnya bukan sebuah kepentingan untuk dipermasalahkan.
Namun, dosen pembimbing tugas akhir mahasiswa pasti akan memeriksa sitasi, terutama di bagian Tinjauan Pustaka. Dosen dapat melihat secara gamblang minimnya pemahaman mahasiswa soal menggunakan dan menulis kutipan dari sumber yang kredibel.
Tidak sedikit dosen yang merasa dipusingkan dengan cara mahasiswa mengutip dan ia tidak tahu apa serta siapa yang dia kutip. Seperti tengara saya tadi, pembahasan soal itu kurang mendapat perhatian dalam dunia akademis. Bukan perhatian terhadap kelemahan dan kesalahannya, melainkan minimnya pembelajaran soal sitasi disampaikan dalam kuliah-kuliah tentang KTI.
Pengetahuan tentang parafrasa dan ringkasan sitasi juga masih kurang dipahami. Kerap kali parafrasa yang ditampilkan ternyata tidak sesuai dengan makna asli sumber yang dikutip. Parafrasa yang membias dari makna asli sumber sitasi dianggap sebagai plagiarisme meskipun penulis tak sengaja melakukannya.
Institut Penulis Pro Indonesia (Penprin) ingin mengukuhkan kembali pengetahuan dan keterampilan soal sitasi ini melalui program diklat “Otak-Atik Sitasi dan Rujukan Karya Tulis Ilmiah“. Diklat selama dua jam pada 21 Juni 2024 akan memandu peserta untuk taktis menggunakan dan menulis sitasi, termasuk dalam soal parafrasa dan ringkasan.
Tentu saja Penprin menawarkan diklat yang murah meriah dengan harga tiket hanya Rp100.000.
Peserta bakal mendapatkan bahan ajar salindia eksklusif (PDF) dan panduan menggunakan sitasi dan rujukan (PDF).
Berikut ini materi yang akan diperoleh
- Hakikat mengutip dan menggunakan sumber
- Model sitasi naratif dan sitasi berkurung
- Parafrasa dan ringkasan sitasi
- Menghindari kesalahan sitasi
- Korespondesi antara sitasi dan referensi/bibliografi
Segera daftarkan diri Anda pada tanggal 21 Juni 2024, berjumpa dengan saya secara virtual melalui daring. Kapan lagi kita punya kesempatan mengotak-atik soal sitasi ini karena di kampus mungkin sekali lagi, sering terlewatkan.
Pendaftaran diklat di sini https://penulispro.id/item/diklat-otak-atik-sitasi-rujukan-karya-tulis-ilmiah/