PenulisPro.id/Bambang Trim | Makin hari makin banyak orang yang ingin menulis walau sekadar menuliskan kisah hidupnya. Mungkin mereka telah insaf bahwa menulis dapat membuat hidup mereka lebih baik. Paling tidak apa yang sudah menggumpal dan mengendap di pikiran serta perasaan dapat dicairkan, lalu ditumpahkan ke dalam tulisan.
Insaf menulis itu hal lumrah saja. Namun, insaf kedua yang perlu dibangun seorang penulis adalah bahwa menulis sebuah proses. Memang menulis sudah kita pelajari sejak di bangku SD. Akan tetapi, menulis secara baik dan benar untuk konsumsi orang banyak, itu perkara lain.
Saya menekuni proses ini sejak tahun 2000. Artinya, setelah belajar menulis dan menyunting secara serius sejak tahun 1991 di bangku kuliah, saya malah baru insaf tahun 2000. Kala itu saya mulai banyak membaca literatur berbahasa Inggris tentang menulis.
Proses menulis bermula dari manifesto yang diterbitkan Donald M. Murray pada tahun 1972 berjudul “Teach Writing as a Process Not Product“. Tulisan ini ditujukan untuk para guru menulis. Paradigma pemelajaran menulis pun mulai bergeser seperti ditengarai Maxine Hairston sepuluh tahun kemudian (1982) bahwa pemelajaran telah bergerak dari tadinya berfokus pada produk tulisan ke proses penulisan (Wikipedia).
Proses menulis yang dibakukan itu adalah pra menulis (prewriting), menulis draf (drafting), merevisi (revising), menyunting (editing), dan menerbitkan (publishing). Kelima tahapan proses ini benar-benar berorientasi pada menulis untuk diterbitkan dan dibaca oleh banyak orang.
Seorang penulis yang benar-benar mengaku sebagai penulis memang tidak dapat berkilah bahwa ia menulis gimana dirinya saja, tak peduli orang lain mau paham atau tidak. Ya, menulis tidak dapat semau gue.
Lima tahapan proses seperti yang dituliskan sebelumnya menjadi standar yang terdapat di buku-buku pemelajaran menulis terbitan luar negeri. Sebagai contoh, buku berjudul Webster’s New World Student Writing Handbook karya Saron Sorenson (1992) menggunakan pendekatan proses ini meskipun dengan modifikasi yang berbeda, yaitu prewriting-writing-revising-proofreading-publishing.
Perkara cepat atau lambat seseorang menjalani proses itu sangat terkait dengan keterampilan dan jam terbang tentunya. Semakin sering berlatih tentu akan semakin mahir. Keinsafan menjadi jalan seseorang untuk taktis dalam menulis.