PenulisPro.id | Alkisah seorang profesor dari Medan berbincang dengan juniornya di sebuah perguruan tinggi ternama sambil menikmati secangkir kopi Sidikalang. Di hadapan mereka ada penganan pulut (ketan) dan pisang goreng.
“Ah, cemananya kau ini?”
“Kena apa rupanya, Prof?”
“Belum adanya kau tulis buku ajar. Apa kata dunia?”
“Susah kali, Prof.”
“Ah, tak ada itu yang susah. Pake siasatlah!”
Obrolan imajiner tersebut menjadi gagasan PenulisPro.id menggelar pelatihan daring bertajuk “Siasat Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi” yang memang ditujukan untuk dosen, widyaiswara, penulis buku perguruan tinggi, dan tentu juga para editor penerbit perguruan tinggi.
Buku ajar merupakan karya akademis dosen yang diganjar dengan angka kredit di Kemdikbudristek, khususnya Direktorat Pendidikan Tinggi. Selain itu, buku ajar juga dapat diikutkan dalam Program Insentif Penulisan Buku Ajar di Dikti atau di kampus-kampus tertentu sehingga dosen pun mendapatkan insentif rupiah yang nilainya lumayan sebagai pengganti usaha menulis buku ajar.
Ada info menarik yang dapat menjadi penyemangat. BRIN Press (dulu LIPI Press) menggelar program Akuisisi Naskah Lokal dengan salah satu buku yang diakuisisi adalah buku ajar atau buku pegangan (handbook). Tentu saja ini peluang yang dapat dimanfaatkan para dosen, widyaiswara, atau siapa pun yang beperan sebagai pendidik. Tersedia insentif Rp5–Rp20 juta. Mantap, kali.
Para pendidik sudah semestinya mencamkan betul pepatah Latin ini: scripta manent, verba volant. Apa yang tertulis akan abadi dan apa yang diucapkan akan hilang terbawa angin. Maka dari itu, pembelajaran di ruang-ruang kelas yang selama ini dilakukan, hendaknya dibukukan dalam format buku ajar.
Tidak usah menunggu tahun ini (2021) yang sebentar lagi usai. Ayo kumpulkan semangat Anda seperti semangat Tim Merah Putih di Piala AFF 2021, termasuk menginstal juga semangat tim Singapura yang tak kenal menyerah di semifinal.
Tahun 2022 sudah di depan mata, masa Anda masih enggan menulis buku ajar? Apa kata dunia?