Cimah, PenulisPro.id | Tahun 2023 saya mengajukan empat buku untuk mengikuti Program Akuisisi Pengetahuan Lokal di Penerbit BRIN. Program ini menarik bukan karena menyediakan kompensasi akuisisi berupa honor beli putus, melainkan karena terselip misi diseminasi. Semua buku yang lolos akan dikonversi menjadi buku elektronik dan disediakan secara open access alias gratis. Siapa pun dapat membaca dan mengunduhnya.
Satu buku karya saya pun rampung pada periode III program ini sehingga diumumkan sebagai karya terpilih pada November 2003. Hasil lengkap dapat diakses di sini:
Hanya ada 20 buku terpilih pada periode III, buku Taktis Menyunting: Panduan Belajar dan Berlatih Mematut Naskah Sehebat Penyunting Profesional salah satunya. Versi buku kertas (cetak) sebelumnya diterbitkan oleh CV Penulis Profesional Indonesia dan hak penerbitannya masih dimiliki oleh penerbit asal.
Saya menyerahkan hak ekonomi penerbitan versi elektronik kepada Penerbit BRIN. Model kerja sama ini memang model baru dalam ranah penerbitan buku setelah munculnya era penerbitan digital. Buku elektronik termasuk kategori hak cipta turunan (subsidiary right) dari buku kertas/cetak.
Program akuisisi BRIN ini memberi dua opsi pemerolehan. Penulis dapat mengajukan naskah yang belum diterbitkan atau mengajukan buku yang sudah diterbitkan versi cetaknya. Pengajuan buku yang sudah terbit harus mendapatkan izin dari pimpinan penerbit buku cetak atau penerbit sebelumnya.
Buku saya ini prosesnya lebih mudah karena saya menerbitkan lewat penerbit mikro milik sendiri. Direkturnya istri saya, Irma Susilowati sehingga tinggal meminta surat pernyataan izin pengajuan ke Penerbit BRIN. Inilah salah satu kelebihan perusahaan keluarga, he-he-he.
Mungkin terbetik di pikiran Anda, apakah tidak rugi buku itu kemudian dibuat versi elektronik lalu dibagikan secara gratis PDF-nya? Benar pastilah berpengaruh bagi pembaca yang gembira mendapat produk gratisan. Mereka bakal enggan mengeluarkan uang untuk membeli buku cetak.
Saya relakan buku tersebut untuk dapat diakses sebanyak mungkin orang, tetapi jika ingin membaca secara lebih nyaman, versi cetaknya tetap kami sediakan secara terbatas. Saya menantikan efek sampingnya bahwa setelah membaca buku elektronik, pembaca juga tergerak membeli buku cetaknya. Membeli buku cetak boleh sekalian meminta autograf (tanda tangan) saya yang tidak ada di buku elektronik. Mantap, bukan?
Buku cetak Taktis Menyunting dapat dibeli di sini: Buku Taktis Menyunting Bambang Trim
Jika hendak membaca ulasan tentang buku ini, silakan meluncur ke tautan ini: Taktis Menyunting oleh Ivan Lanin
Tidak tanggung-tanggung yang memberi ulasan Uda Ivan Lanin. Kurang apa lagi, coba?
Liku Mengikuti Program Akuisisi BRIN
BRIN mengadakan Program Akuisisi Pengetahuan Lokal ini setiap tahun untuk karya audio visual dan buku. Setiap tahun ada tiga periode akuisisi. Pertama, penulis dapat mengajukan naskah/buku mengikuti prosedur yang sudah dibuat oleh Penerbit BRIN. Jika naskah/buku dianggap layak, Penerbit BRIN akan mengundang untuk rapat secara daring. Tahap ini merupakan verifikasi beberapa hal terkait dengan karya.
Umumnya hasil rapat adalah rekomendasi untuk melakukan revisi. Misalnya, BRIN meminta penulis menyesuaikan gaya pengutipan menggunakan APA Style. Penulis akan menerima surel verifikasi dan panduan mengunggah hasil revisi ke sistem OMP (online manuscript preparation). Hasil revisi kemudian diunggah ke OMP untuk diteruskan ke proses reviu oleh penelaah yang diajukan penulis atau juga ditunjuk oleh Penerbit BRIN. Setelah itu penulis akan kembali mendapatkan undangan rapat.
Rapat kedua membahas hasil reviu dan tentu kembali akan terjadi revisi sesuai dengan hasil reviu. Saya pun menerima hasil reviu, tetapi ada juga hasil reviu yang tidak saya penuhi karena saya memiliki argumentasi untuk mempertahankannya. Misalnya, penelaah meminta saya melengkapi materi penyuntingan naskah untuk naskah buku. Saya tidak memenuhinya karena buku saya memang ditujukan untuk penyuntingan dasar sehingga hanya menyajikan praktik untuk naskah pendek. Naskah buku lebih rumit secara anatomi dan bakal memerlukan pembahasan lebih mendalam sehingga lebih tepat sebagai materi penyuntingan tingkat lanjut.
Setelah merevisi sesuai dengan masukan penelaah, saya kembali mengirimkan versi final ke OMP. Dari situ kemudian saya akan kembali diundang rapat untuk dipertemukan dengan penyunting naskah dan desainer dari Penerbit BRIN. Di sini sudah dibicarakan hal-hal teknis untuk penerbitan. Secara resmi kemudian saya akan mendapatkan pemberitahuan bahwa buku saya menjadi karya terpilih. Saya pun diberi tahu perihal kompensasi naskah. Buku saya mendapatkan kompensasi Rp11,2 juta sebelum pajak. Jika saya bersedia, akuisisi akan diteruskan ke dalam kontrak berupa perjanjian kerja sama penerbitan. Setelah itu, resmilah buku saya menjadi bagian dari “keluarga besar” buku akuisisi Pengetahuan Lolak di Penerbit BRIN.
Ada yang bertanya di manakah buku-buku itu dapat diakses? Nih, di sini.
Lokalnya itu Mana?
Mengapa program BRIN ini dinamakan Akuisisi Pengetahuan Lokal? Penerbit BRIN memang mengembangkan misi menerbitkan publikasi yang mengandung pengetahuan lokal dan pengetahuan itu tidak sebatas hanya kearifan lokal. Lalu, buku saya yang digolongkan sebagai buku panduan/buku ajar ini lokalnya itu mana?
Kelokalannya terletak pada fenomena editologi (ilmu penyuntingan) yang kurang berkembang di Indonesia. Karena itu, saya menulis buku tentang penyuntingan naskah dalam konteks lokal keindonesiaan dengan menyajikan materi peristilahan penerbitan dalam bahasa Indonesia dan penyuntingan bahasa dalam bahasa Indonesia. Hal itu sudah termasuk pengetahuan lokal.
Tiga buku saya yang lain kini sedang dalam proses revisi. Buku itu juga tidak menampakkan secara eksplisit kelokalan Indonesia pada judul buku. Namun, jika dicermati lebih mendalam, konteks lokal akan hadir dalam bentuk fenomena, teori, studi kasus, contoh-contoh, dan gagasan untuk memajukan pengetahuan masyarakat Indonesia.
Banyak buku di Katalog BRIN memang terlihat kekentalan lokalnya, seperti sejarah, sejarah publik, bahasa, tradisi, dan hewan/tumbuhan endemik. Namun, tentu Anda tidak harus mengangkat topik yang benar-benar tampak lokal Indonesia. Saya berencana tahun depan mengajukan buku hasil konversi tesis tentang fenomena penerbitan buku korporat di Indonesia dan satu lagi tentang sejarah penyuntingan naskah di Indonesia. Kedua buku ini menampakkan kelokalan dalam konteks kini dan masa lalu.
Berkolaborasi Menulis
Istilah ‘akuisisi’ dalam penerbitan buku itu sudah lazim digunakan meskipun lebih populer digunakan dalam bidang ekonomi/bisnis. Padanan kata ‘akuisisi’ adalah pemerolehan naskah. Di penerbit besar ada editor yang disebut editor akuisisi atau editor pemerolehan. Tugas mereka memang mencari penulis/naskah yang potensial. Karena itu, aktivitas akuisisi sama dengan kontes kelayakan naskah. Hal utama yang bakal memikat editor akuisisi adalah ide atau topik naskah yang diajukan oleh penulis.
Beberapa buku terpilih program akuisisi BRIN merupakan buku-buku yang ditulis secara kolaboratif, baik kolaborasi antarpenulis dan kolaborasi antara penulis dan ilustrator. Kolaborasi antara penulis dan ilustrator terjadi pada penerbitan buku cerita bergambar dan komik. Hebatnya, BRIN menerima juga buku untuk pembaca anak dalam program ini meskipun BRIN belum menerapkan konteks Perjenjangan Buku. Tahun depan saya berencana ada karya buku yang akan saya kolaborasikan dengan penulis lain dan ilustrator (buku anak).
Program akuisisi BRIN ini benar-benar dapat dimanfaatkan untuk banyak hal oleh para penulis, terutama dari kalangan akademisi/peneliti. Penerbit BRIN bukanlah penerbit “kaleng-kaleng” dalam konteks penerbitan buku ilmiah. Penerbit ini sudah berpengalaman puluhan tahun dan sudah bertransformasi menjadi penerbit profesional. Karena itu, sungguh menjadi prestise bagi penulis yang karyanya terpilih diterbitkan oleh BRIN. Penulis juga memperoleh pengalaman gratis terkait proses menulis dan menerbitkan buku ilmiah yang kompleks, termasuk buku ilmiah untuk pembaca anak.
Jadi, bagi Anda yang selama ini menerbitkan buku ilmiah di penerbit berbayar (vanity publisher), apalagi yang mengiming-imingi Anda menerbitkan buku tanpa seleksi dan tanpa sunting, insaflah segera. Uji naskah buku Anda itu di penerbit yang benar-benar menerapkan sistem seleksi yang ketat seperti Penerbit BRIN.
Jika Anda berniat mengikuti program ini tahun depan, Institut Penprin membuka jalur konsultasi dan bimbingan teknis. Kapan lagi menulis buku ilmiah dan menerbitkan buku di Penerbit BRIN?
Saya tertarik untuk mengikuti kelas bimbingan ya, Pak.
Saya mau ikutan ya Suhu. Jadwalnya fleksibel kan? Maklum sambil kuli ….